Kabar Desa
Bunga & Dupa Sebagai Sesaji ,Dimaknai Secara Kawuruh
LINTASDAERAHNEWS. COM - Di nusantara ini yang namanya bunga/kembang dan dupa sudah menjadi barang kebutuhan spesifik. Bahkan menjadi komoditi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Mulai bunga hias sampe bunga ritual. Begitu juga dupa, yang ketika disulut mengeluarkan aroma harum nan kas.
Namun tahukah anda ? Sisi laen dari aroma wangi harum, yang keluar dari bunga dan dupa ini, mempunyai nilai etika dan estetika kusus !
Sebagai contoh yang sering kita lihat dalam acara acara weding, hajatan, atau sembahyangan yang dilakukan oleh saudara kita umat hindu atau umat Kong hu Chu, juga tak lepas dari wangi wangi dupa dan bunga. Terlebih masyarakat Jawa pada umumnya, dalam hajatanpun selalu tersuguh beraneka warna bunga dan wewangian dari dupa.
Hanya segelintir orang atau komunitas tertentu saja yang masih apreori dengan sajian kedua wewangian ini. Tetapi tidak jadi masalah, karena kepercayaan orang timbul dari masing masing pendapat. Serasa ini merupakan perbedaan yang tidak menjadi momok. Apalagi bagi mereka kaum jaman now mungkin malah belum pernah mendapatkan pemahaman ini.
Didalam kajian estetika, sudah jelas bahwa bunga merupakan tanaman hias, yang memperindah taman dan ruangan rumah, hingga menambah nilai asri & seni. Demikian dupa, merupakan pengharum ruangan yang mampu memberi aroma terapi dalam suatu ruang peribadatan atau ruang rumah sendiri.
Dibalik itu semua, ada nilai khusus secara spiritual, bunga bunga dan dupa berada dalam Banten ( wadah kusus yang tertata rapi & elok ). Ada yang ditata 3 satuan seperti kenanga mawar dan cempaka, yang oleh masyarakat Jawa pada umumnya dinamakan " kembang Telon "
Ada juga yang ditata beraneka warna dan macamnya, seperti mawar, melati, kenanga, cempaka, Kamboja, anggrek dll, yang dinamakan kembang setaman. Jika paduan kembang itu disatukan dalam wadah banten, biasanya dilengkapi dengan aneka dupa yang aromanya bermacam juga dan kas. Secara harfiah bunga ini digunakan sebagai bunga sesaji, yang notabene bunga sembahyangan.
Dari semua itu ada pemahaman khusus, yaitu tentang sesaji yang digunakan dalam ibadah. Tujuan dari persembahan ini tak laen adalah penghormatan dan suguhan yang ditujukan kepada badan halus manusia yang sudah meninggal atau leluhur.
Lalu yang menjadi pertanyaan,
" Apakah perlu orang yang sudah meninggal disuguhi semacam itu ?"
Kita tahu selain doa doa yang kita panjatkan kepada Tuhan YME, untuk menyempurnakan badan halus roh dan suksma kehadiratNya. Badan haluspun mempunyai kebutuhan kusus. Jika semasa hidup didunia badan halus masih d bungkus dengan jasat, maka jasat mersifat materiel, yang dalam kekuatannya memerlukan materiel pula berupa makanan & minuman.
Namun tatkala jasad sudah terpisah dengan ruhnya atau badan halus, maka mereka tidak lagi membutuhkan sifat materiel melainkan unsur halusnya, dalam hal ini bau bauan dari aroma wewangi bunga dan dupa.
Dalam kepercayaan sebagian besar umat yang masih mempercayai hal yang goib, tentu saja mereka akan mencari hakekat tersebut. Maka terilhamlah sesaji, sesaji ini bukan untuk sesuatu hal yang sifatnya halus yang berada dibatu besar, atau pohon besar, bahkan ditempat yang dianggap wingit. Meskipun makhluk Tuhan yang sifatnya haluspun, seperti Jin juga membutuhkan makanan materi halus semacam itu, seperti sajian sesaji tadi.
Niat dalam doa doa yang disertai sesaji ini yang tersampai kepada alam ruh leluhur yang dituju, sedangkan jika ada sebangsa jin yang menyertai/mendekat kepada sesaji dari bunga bungaan ini, adalah metode untuk menguasai mereka, meskipun hakekat pokoknya / cara menguasai ada dalam doa doa yang dilakukan setiap insan menurut keyakinan masing masing.
Seperti yang tersirat dalam ajaran keyakinan, bahwa mereka yang sudah meninggal dialam ruh juga mendapatkan cahaya dan rizki, dari orang orang yang masih hidup, Yaitu doa penyempurnaan Ruh dan Sukma dari kita yang masih hidup di alam dunia nyata. Sebagai pengendali tamak kita dengan penafkahan Rizki kita bagi mereka yang terpisah dengan jasadnya yang berada di alam ruh. Mereka sesungguhnya tidak mati melainkan hidup dengan badan halusnya (jisim, jirim & jihim) jasadnya yang tertinggal kembali ke tanah.
Wangi bunga & dupa inilah sebagi unsur halus kebutuhan halus mereka, dan merupakan salah satu sarana pokok yaitu mendoakan para leluhur yang mendahului kita yang masih hidup.
Spelling Pens
(Setodhisastra)
Via
Kabar Desa
Posting Komentar